Jokowi cuma umbar janji. Jokowi gak pernah nepatin janji, pembohong, pendusta, dsb....
Prabowo gak pernah nawarin program. Prabowo orangnya pesimis, cuma bisa kritik pemerintah doang, dsb....
Itu sebagian kecil dari komentar² simpatisan non partai dari kedua kubu. Mereka bukan orang yang aktif dalam politik, sehingga mudah "terhasut" oleh elit² politik kedua kubu.
Padahal memang seperti itulah gaya kampanye yang dilakukan Jokowi sebagai petahana dan Prabowo sebagai oposisi.
Wajar bagi Jokowi untuk mengumbar janji atau bahasa harusnya rencana (semoga bukan sekadar wacana) program yang akan dilaksanakannya di période kedua.
Dan wajar bagi Prabowo mengumbar kritik tanpa adanya solusi atau program alternatif yang akan dilaksanakannya apabipa nanti terpilih.
Gaya kampanye kubu Prabowo sebagai oposisi adalah menebar ancaman berupa konsekuensi apabila ia tidak terpilih pada pemilu kali ini, salah satu contohnya yang paling dikenal terkait bubarnya Indonesia. Gaya seperti ini bagi simpatisan lawan tentu akan beranggapan bahwa Prabowo orangnya pesimis.
Sedangkan Jokowi, kesan yang dibangun adalah optimis. Kenapa begitu??? Ya karena saat ini dia yang berkuasa. Apabila dia ingin melanjutkan kepemimpinannya tentu dia harus membangun kesan positif dan sikap optimis dari apa yang sudah dia jalankan di periode pertama pemerintahannya.
Apakah oposisi sebaiknya tidak menawarkan program???
Kalau itu penulis pribadi kurang memahaminya, tapi yang jelas tingkat keefektifannya tidak akan sebaik ketika petahana mengkampanyekan programnya, karena apapun yang ditawarkan oposisi hanya sebatas teori semata, sedangkan apa yang ditawarkan petahana untuk periode selanjutnya umumnya dapat dicerminkan dari program² yang sudah dia laksanakan di periode pertama.
Salah satu contoh yang paling cocok dalam kasus ini adalah pilkada Jakarta, tepatnya putaran pertama. Salah satu calon dari pihak oposisi, sebut saja AHY, lebih banyak menawarkan program ketimbang mengkritisi program dari petahana. Hasilnya, justru banyak pengamat baik resmi maupun pengamat medsos yang mengkritik balik program yang ditawarkan AHY.
Sedangkan kubu Anies pada awalnya mengikuti cara AHY dengan menawarkan rencana program yang akan dilaksanakan, tapi pada putaran kedua mereka lebih banyak memilih untuk mengkritisi program (terutama kebijaka tidak populer) dan bahkan pribadi Ahok selaku petahana. Hasilnya oposisi meraih kemenangan terlepas adanya isu politik identitas selama pemilu DKI.
Kesimpulan yang ingin saya sampaikan adalah tidak ada yang suci dalam politik keduanya sama² ingin meraih kebiasaan. Boong besar mengatakan seorang yang sudah kaya rela terjun ke politik dan menghamburkan uang hanya demi rakyat, terkadang tahta atau kebiasaan jauh lebih prestisius ketimbang harta.
Thursday, January 3, 2019
Wednesday, December 10, 2014
Filsafat Kebijaksanaan
MAHASISWA
FAKULTAS FILSAFAT SEBAGAI OBJEK PENGAMATAN
Apa itu Filsafat?
Filsafat berasal dari kata “philosophia”. Perkataan ini berasal dari bahasa
Yunani yang berarti: “Cinta akan
kebijaksanaan” (love of wisdom). Menurut tradisi Pythagoras atau
Socrateslah yang pertama menyebut diri “philosophus”, yaitu sebagai protes
terhadap kaum “Sophist”, kaum terpelajar yang pada waktu itu yang menamakan
dirinya “bijaksana”, padahal kebijaksanaan mereka itu hanya semu kebijaksanaan saja (Salam, 2012).
Dari pernyataan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah
yang dimaksud kebijaksanaan? Kebijaksanaan menurut saya pribadi merupakan sikap
yang sempurna mengenai mengenai pengambilan keputusan dalam semua tindakan
sehingga tidak menimbulkan masalah dalam tindakan tersebut. Dari jawaban
tersebut muncul pertanyaan bagaimana cara mencapai kebijaksanaan?
Untuk jawabannnya kali ini saya akan menjadikan mahasiswa
filsafat khususnya mahasiswa baru sebagai objek pengamatan saya. Fakultas
filsafat sendiri merupakan tempat berkumpulnya para pencari kebijaksanaan. Pada tulisan ini saya ingin menganalisa apa
makna kebijaksanaan bagi mahasiswa filsafat dan apakah bagaimana cara mereka
menemukan “Jalan menuju kebijaksanaan” tersebut. Saya sengaja tidak menggunakan
kebijaksanaan karena bagi mahasiswa khususnya mahasiswa baru masih pada tahap
mencari “Jalan menuju kebiijaksanaan”. Banyak cara yang dilakukan mahasiswa filsafat
dalam mencari “Jalan menuju kebijaksanaan” mulai dari diskusi, membaca buku
filsafat hingga mengikuti seminar filsafat ataupun yang berhubungan dengan
filsafat. Ketika mahasiswa filsafat berdiskusi sering ditemukan hal yang
mungkin jarang ditemukan di diskusi fakultas lain yaitu adanya mahasiswa yang
mencoba mengkritisi jalannya diskusi setelah terjadinya diskusi bersama
teman-temannya seperti mendiskusikan jalannya diskusi yang melenceng dari jalur
dan banyak lagi lainnya. Itu hanya salah satu contoh dari cara unik mahasiswa
fakultas filsafat dalam mencari “Jalan menuju kebijaksanaan”. Saya akan
menjelaskan cara mahasiswa filsafat mencari “Jalan menuju kebijaksanaan” secara
garis besar.
Pertama, mahasiswa
filsafat yang suka mengkritisi sesuatu yang kritis, membijaksanakan sesuatu
yang bijaksana, mencari hakikat dari hakikat bahkan berfilsafat tentang
filsafat seperti halnya tukang bakso yang memakan baksonya sendiri. Saya
sendiri mengakui bahwa tulisan ini sendiri bisa dikatakan menjadi contoh dalam
kategori ini. Selain itu seperti yang dijelaskan sebelumnya mengenai mahasiswa
ketika setelah terjadinya suatu diskusi mencoba berdiskusi kecil dengan
temannya mengenai jalannya diskusi sebelumnya. Hal ini berbeda dengan ciri
persoalan filsafat yang bersifat implikatif yang memunculkan masalah baru
melainkan berputar-putar pada masalah yang sama yaitu bagaimana diskusi yang
baik itu. Masalah yang mereka coba selesaikan tidak memunculkan baru melainkan
masalah yang itu-itu saja seolah-olah berputar dalam lingkaran setan yang tidak pernah selesai. Pada tulisan ini sendiri
mungkin saja akan ada orang yang mendebatkannya hingga terjadilah perdebatan
yang berputar-putar pada masalah yang sama.
Kedua, mahasiswa
filsafat yang “Kutu buku” dan suka menerapkan kata-kata filsuf ataupun
kata-kata dosen yang dianggapnya menarik baik dalam kegiatan perkuliahan, dalam
media social, memuatnya dalam tulisan ataupun ketika mencoba mengkritisi suatu
masalah. Ini tidak menjadi masalah apabila menggunakan bahasa-bahasa filsafat
tersebut kepada mahasiswa filsafat, dosen filsafat ataupun orang yang paham
akan bahasa tersebut tetapi apabila dia menggunakan bahasa tersebut kepada
orang yang tidak mengerti filsafat seperti halnya petani atau pedagang di pasar
tentu akan membingungkankan orang tersebut. Saya jadi ingat perkataan salah
satu dosen bahasa Indonesia di salah satu universitas negeri di Malang yang
berkata “Percuma kalian menulis skripsi apabila hanya dibaca oleh dosen, diri
anda sendiri dan adik tingkat yang kebetulan mencari referensi jika kalian
tidak bisa menerapkannya kepada masyarakat”. Beliau juga mengatakan mengenai
pentingnya menulis tulisan populer yang dapat dimengerti oleh semua orang. Hal ini hanya menjadi contoh buat mahasiswa
tipe ini agar tidak hanya mengerti tapi juga dapat menjelaskannya kepada orang
lain. Saya sendiri berpikiran mungkin yang disebut orang pintar itu bukan
orang-orang yang bisa menggunakan bahasa-bahasa ilmiah melainkan orang yang
bisa menerjemahkan bahasa ilmiah tersebut agar bisa dimengerti banyak orang.
Ketiga, mahasiswa
yang suka mengikuti seminar dan mahasiswa yang suka berorganisasi. Kedua cara
ini bisa dikatakn sama-sama merupakan kegiatan di luar kuliah bahka terkadang
di luar fakultas. Cara-cara ini juga tidak masalah apabila dilakukan diluar jam
kuliah tetapi jadi masalah apabila kegiatan ini sampai mengabaikan kuliah.
Memang kuliah tanpa organisasi ataupun kegiatan ekstra sama saja bohong dan
kegiatan-kegiatan tersebut akan menyempurnakan proses perkuliahan kita namun
jangan lupa bahwa itu hanyalah penyempurna bukan kegiatan pokok kita sebagai
mahasiswa. Kegiatan pokok mahasiswa dari dulu hingga saat ini adalah kuliah.
Jangan sampai kegiatan di luar kuliah akan membuat kita tidak masuk kuliah atau
tidak mengerjakan tugas. Hal ini bukannya membuat kita menemukan “Jalan menuju
kebijaksanaan” tapi malah semakin menjauhkan kita dari jalan tersebut karena
dengan cara ini mereka lupa tujuan mendasar mereka kuliah di fakultas filsafat
UGM.
Keempat, mahasiswa
filsafat yang berusaha tampil beda (anti mainstream). Ini bisa dikatakan
berbeda dengan cara-cara sebelumnya bahkan mungkin bukan sebuah cara mencari
“Jalan menuju kebijaksanaan”. Mahasiswa
seperti ini beranggapan apabila mereka berbeda dengan orang pada umumnya mereka
bisa dikatakan bijaksana. Sehingga ini lama-kelamaan menjadikan fakultas
filsafat berbeda dengan fakultas lain. Apabila di fakultas lain sulit menemukan
mahasiswa yang menggunakan kaos oblong di kampus maka di filsafat jangankan
pakai kaos oblong menggunakan sandal ketika ke kampus saja ada (bukan karena
kakinya sakit). Apabila ditegur oleh sesorang mereka akan berkata apa
hubungannya penampilan ataupun aturan dengan kebijaksanaan. Mahasiswa seperti
ini sudah menganggap yang dilakukannya itu sesuatu yang benar dan bijaksana
sehingga tidak perlu mengikuti aturan yang dibuat orang lain. Kesannya mereka
menjadi kaum sophist di fakultas
filsafat.
Kesimpulan saya dapat peroleh dari tipe-tipe tersebut
bahwa mahasiswa filsafat masih belum mampu menempatkan diri mereka di dalam masyarakat
umum dan masih berkutat dalam masalah-masalah yang sama. Hal ini berbeda sekali
dengan Socrates yang ketika berbicara dengan ahli hukum akan berbicara tentang
keadilan sedangkan mahasiswa filsafat mungkin akan berbicara mengenai kajian
metafisis dari hukum. Dilihat dari mahsiswa filsafat sendiri yang masih jauh
dari apa yang disebut kebijaksanaan timbul pertanyaan apakah kebijaksanaan bisa
didapatkan oleh manusia?
Beberapa orang termasuk saya sendiri beranggapan bahwa
apa yang disebut kebijaksanaan sulit untuk dicapai manusia dan bahkan cenderung
mustahil sehingga muncul pernyataan krbijaksanaan hanya milik Tuhan. Dari
pernyataan tersebut muncul lagi suatu pertanyaan Tuhan yang seperti apakah yang
disebut bijaksana? Empedokles mengkritik mengenai pemahaman Tuhan (Dewa) yang
ada pada bangsa Yunani saat itu. Pada saat itu para Dewa digambarkan melakukan
perzinaan, pencurian, dan penipuan satu sama lain. Dewa digambarkan sesuai
kehidupan mereka saat itu. Sehingga dapat dikatakan Tuhan yang memiliki kebijaksanaan
adalah Tuhan yang universal yang menguasai segala sesuatu.
Dari pernyataan di atas timbul pertanyaan lagi kalau
memang hanya Tuhan yang memiliki kebijakasanaan, terus apa yang dicari oleh
filsuf dan orang-orang yang berkecimpung di dunia filsafat termasuk mahasiswa
filsafat? Kenapa mereka mencari sesuatu yang jelas mereka tidak bisa dapatkan? Jawaban
dari pertanyaan itu sampai saat ini saya akui belum saya dapatkan. Saya sendiri
masih bingung mengapa para filsuf berfilsafat dan kenapa dinamakan filsafat
kalau memang kebijakasanaan tidak dapat ditemukan dalam diri manusia. Sehingga
yang dapat saya simpulkan mungkin yang menjadi inti dari filsafat itu bukanlah
tujuan akhir (kebijaksanaan) melainkan kegiatan berfilsafat itu sendiri yang
menjadi objek utama dalam filsafat.
DAFTAR
PUSTAKA
Salam, Burhanudin. 2012. Pengantar Filsafat. Bumi Aksara: Jakarta
Monday, November 10, 2014
Tugas Pancasila sebagai Dasar Negara
A.
Makna dan
Hakikat Dasar Negara
Dasar Negara adalah fandemen
yang kokoh dan kuat serta bersumbar dari pandangan hidup atau falsafah(cerminan
dari peradaban, kebudayaan, keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam
sejarah perkembangan Indonesia) yang diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dasar Negara adalah landasan
kehidupan bernegara. Setiap negara harus mempunyai landasan dalam melaksanakan
kehidupan bernegaranya. Dasar negara bagi suatu negara merupakan suatu dasar
untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Makna
Pancasila Sebagai Dasar Negara ialah Pancasila berperan sebagai landasan dan
dasar bagi pelaksanaan pemerintahan, membentukan peraturan, dan mengatur
penyelenggaraan negara.
Melihat
dari makna pancasila sebagai dasar negara kita tentu dapat menyimpulkan bahwa
pancasila sangat berperan sebagai kacamata bagi bangsa Indonesia dalam menilai
kebijakan pemeritahan maupun segala fenomena yang terjadi di masayrakat.
B.
Tantangan
Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila seharusnya menjadi batasan pandangan yang
seharusnya dimiliki oleh setiap warga negara. Banyak kalangan yang lupa akan
budaya dan bahasa daerah dikarenakan pengaruh globalisasi yang sangat hebat,
sehingga mengikis ide tentang jati diri bangsa sebagai bangsa Indonesia.
Batasan pandangan yang sesuai menurut Pancasila seharusnya menjadi garis bawah
bahwa kita seharusnya boleh mengikuti perkembangan zaman, akan tetapi ada
beberapa batasan-batasan nilai yang harus dijunjung, yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.
Akan tetapi, fungsi-fungsi tersebut sekarang ini sudah mulai
dilupakan oleh kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan perubahan
yang terjadi pada lingkungan dan situasi kehidupan bangsa Indonesia di semua
level wilayah.
Prof.
Dr. B.J. Habibie menuturkan bahwa lenyapnya Pancasila dari kehidupan terkait
beberapa hal. Pertama, situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah
berubah baik di tingkat domestik, regional maupun global. Perubahan tersebut
telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang dialami bangsa Indonesia
termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi saat
ini.
Kedua,
alasan selanjutnya mengapa Pancasila sudah mulai dilupakan adalah terjadinya
euforia reformasi sebagai akibat traumatik masyarakat terhadap penyalahgunaan
kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan Pancasila. Trauma atas gerakan G30S
yang selanjutnya di lakukan rezim orde baru yaitu menjadikan Pancasila sebagai
alat untuk mempropaganda masyarakat, juga menjadi salah satu alasan mengapa
pancasila sudah mulai dilupakan.
C.
Implementasi
Nilai-nilai Pancasila dalam Perumusan Suatu Kebijakan Pemerintahan
1. Implementasi Nilai Pancasila di
Beberapa Periode
a. Masa Orde Lama.
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi.
Pada saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan
dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat
terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka.
b. Masa Orde Baru.
Orde baru berkehendak ingin
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik
terhadap orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila. Situasi internasional
kala itu masih diliputi konflik perang dingin. Situasi politik dan keamanan
dalam negeri kacau dan ekonomi hampir bangkrut. Indonesia dihadapkan pada
pilihan yang sulit, memberikan sandang dan pangan kepada rakyat atau
mengedepankan kepentingan strategi dan politik di arena internasional seperti
yang dilakukan oleh Soekarno.
c. Masa Orde Reformasi
Seperti juga Orde Baru yang
muncul dari koreksi terhadap Orde Lama, kini Orde Reformasi, jika boleh
dikatakan demikian, merupakan orde yang juga berupaya mengoreksi penyelewengan
yang dilakukan oleh Orde Baru. Hak-hak rakyat mulai dikembangkan dalam tataran
elit maupun dalam tataran rakyat bawah. Rakyat bebas untuk berserikat dan
berkumpul dengan mendirikan partai politik, LSM, dan lain-lain. Penegakan hukum
sudah mulai lebih baik daripada masa Orba. Namun, sangat disayangkan para elit
politik yang mengendalikan pemerintahan dan kebijakan kurang konsisten dalam
penegakan hukum. Dalam bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan berbicara,
bersikap, dan bertindak amat memacu kreativitas masyarakat. Namun, di sisi lain
justru menimbulkan semangat primordialisme. Benturan antar suku, antar umat
beragama, antar kelompok, dan antar daerah terjadi dimana-mana. Kriminalitas
meningkat dan pengerahan masa menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang berpotensi tindakan kekerasan.
2.
Empat faktor
yang menyebabkan Pancasila sulit diimplementasikan
Pertama, Pancasila telanjur tercemar karena kebijakan rezim
Orde Baru yang menjadikan Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan
status quo kekuasaannya. Orde Baru memberi makna sendiri atas Pancasila dan
mengindoktrinasikannya secara paksa melalui Penataran P4. Di luar itu dianggap
anti-Pancasila.
Kedua, liberalisasi politik yang berujung pada penghapusan
ketentuan Pancasila sebagai satu-satunya asas tiap organisasi pada masa
Presiden BJ Habiebie. Ini kemudian memberi peluang adopsi nilai-nilai ideologi
lain, khususnya yang berlatar agama, yang tentu sangat fragmentaris di atas
realitas pluralitas masyarakat Indonesia. Pancasila pun kehilangan peran
sebagai common-platform dalam kehidupan politik.
Ketiga, desentralisasi dan otonomisasi daerah sedikit banyak
mendorong penguatan sentimen kedaerahan, yang dapat tumpang-tindih dengan
nasionalisme kesukuan. Proses ini, langsung atau tidak, bisa menyebabkan
Pancasila kehilangan posisi sentralnya.
Keempat, inkonsistensi yang sangat dalam dan luas
pejabat-pejabat publik dalam implementasi nilai-nilai Pancasila,
tercermin dalam kebijakan-kebijakan publik yang kurang memihak rakyat, atau
dalam perilaku mereka yang justru menegaskan nilai-nilai Pancasila. Masyarakat
kehilangan panutan, kehilangan kepercayaan, dan akhirnya antipati terhadap
Pancasila.
Saturday, November 8, 2014
Karakteristik klub di PES
Ini hanya pendapat pribadi kalau ada yang tidak suka harap disimpan dalam hati.
1. FC Barcelona

2. Real Madrid

1. FC Barcelona
Klub yang satu ini favorit ane. Paling enak kalau buat orang yang suka oper-oper alias main tim jadi tidak mengandalkan satu-dua pemain. Cuma kalau yang lebih suka ngandalin satu pemain jangan dah soalnya body pemain kecil-kecil jadi agak susah main individu. Satu lagi kalau gak ahli oper-oper cepat susah karena kadang operannya kecepetan.
2. Real Madrid
Tim yang satu ini paling enak buat yang suka ngandalin satu atau dua pemain dalam hal ini tentunya Ronaldo dan Bale juga (Untuk Bale agak susah mesti agak ahli soalnya gak sekuat Ronaldo). Yang jelas kalau buat Oper-oper agak susah kecuali longpass.
3. Manchester United
Jujur buat ane pribadi diantara klub besar yang overallnya selangit ini paling susah buat dimainin. Ane gak tahu kenapa kemampuannya tinggi-tinggi cuman waktu prakteknya susah amat mainnya. Passingnya gak begitu bagus sama speednya biasa-biasa aja sama kipernya juga agak gak enak.
4. Manchester City
Ini klub favorit ane selanjutnya. Passingnya enak banget dan positioningnya juga pas jadi kalau buat oper-oper. Enaknya City dibanding Barca umpannya lebih slow dibanding Barca yang kadang terlalu cepat.
5. Bayern Munchen
Klub ini buat beberapa orang enak banget. Cuma buat ane pribadi susah terutama umpannya yang agak aneh dan terkesan lambat cuman buat crossing dari sayap enak karena ada Robben dan Ribery.
6. Borrusia Dortmund
Buat ane pribadi klub yang satu ini enak banget, jauh lebih enak dalam hal operan daripada Bayern. Entah kenapa kalau dilihat skill hanya beberapa orang yang bagus cuman praktek lapangannya beerbeda malah enak banget. Contoh: Aubameyang. skillnya biasa cuma menang speed tapi kenyataannya enak banget buat main di sayap.
7. Chelsea
Buat yang mainnya hati-hati ini yang paling cocok. Karena beknya tangguh dan klubnya yang memang terkenal parkir busnya.
8. AC Milan
Untuk PES akhir-akhir ini klub ini agak susah dimainin. Yah itu aja sih komentarnya.
9. Intermilan
Yang satu ini jarang ane pake. Cuman penilaian ane lebih enak dibanding tetangganya yang di atas.
10. Juventus
Klub yang satu ini lumayan enak buat passing karena ada Pirlo. Pertahanannya juga bagus. Pemainnya juga lincah terutama Giovinco dan diselesaikan dengan Tevez. Duet mereka berdua bisa dikatakan duet maut.
11. Liverpool
Yang satu ini untuk updatean PES terakhir belum begitu memuaskan dan masih di bawah standar.
12. Arsenal

Klub yang satu ini meskipun akhir-akhir ini miskin gelar tapi di dalam PES kuatnya luar biasa terlebih lagi dengan masuknya Alexis Sanchez. Kalau dulu ane agak kewalahan karena cuma bisa ngandalin Walcott cuma sekarang semenjak ada Alexis sekarang jadi gak bermasalah lagi sama stamina Walcott yang terbatas. Jadi kalau Walcott udah tidak berdaya maka tinggal diganti sama Alexis.
12. Arsenal
Klub yang satu ini meskipun akhir-akhir ini miskin gelar tapi di dalam PES kuatnya luar biasa terlebih lagi dengan masuknya Alexis Sanchez. Kalau dulu ane agak kewalahan karena cuma bisa ngandalin Walcott cuma sekarang semenjak ada Alexis sekarang jadi gak bermasalah lagi sama stamina Walcott yang terbatas. Jadi kalau Walcott udah tidak berdaya maka tinggal diganti sama Alexis.
PS: Sekali lagi itu hanya pendapat pribadi dan apabila gak setuju jangan dimasukin ke hati.
Subscribe to:
Posts (Atom)